oleh: Angga Putra Firdian*
“Mereka berebut kuasa, mereka menenteng senjata, mereka menembak rakyat, tapi kemudian bersembunyi di balik ketek kekuasaan. Apakah kita biarkan orang-orang pengecut itu tetep gagah? saya kira tidak, mereka gagal untuk gagah, mereka hanya ganti baju. Tapi dalam tubuh mereka adalah sesuatu kehinaan, sesuatu yang tidak bertanggungjawab, yang mereka akan bayar sampai titik manapun…”
Potongan orasi Munir dalam intro Rima Ababli – Homicide
12 tahun yang lalu, Munir Said Thalib, Seorang pejuang Hak Asasi Manusia harus diakhiri hidupnya oleh alat negara. Di maskapai kebanggaan anak negeri bernomor GA-974 kursi 40 G , Ia diarsenik oleh seseorang yang terbukti di pengadilan berhubungan dengan intelejen. Sampai hari ini hanya pion yang masuk penjara, sang raja masih berlindung di ketiak penguasa, menyelamatkan dirinya sendiri.
Munir berjuang untuk mereka yang tidak punya kesempatan melawan. Munir membela Marsinah, Tanjung Priok, Semanggi 1 dan 2, Penculikan Aktivis, Muhadi, supir yang dituduh menembak Polisi. Munir juga mendirikan KontraS (Komisi untuk orang hilang dan tindak kekerasan). Munir mengejar keadilan, keadilan bagi mereka yang dikorbankan oleh kekuasaan. Munir berada di sisi Hak Asasi Manusia. Kamu berada di mana?
Munir berjuang untuk mereka yang tidak punya kesempatan melawan.
Perlukah anak muda bela Munir? Perlukah anak muda kenal dengan Munir? Munir adalah seseorang yang memperjuangkan kebebasan. Munir memperjuangkan negara yang tidak boleh menghilangkan nyawa anak bangsanya hanya karena dia berbeda. Munir membela anak bangsa yang berani berkata benar. Berkaca pada masa lalu, mereka harus mati dan hilang atas nama stabilisasi nasional.

Jika kita tidak peduli tentang Munir, mungkin saja sekelompok anak muda yang menebar caci maki karenayoutube lebih baik dari TV, kabarnya tidak akan kita ketahui lagi. Alasannya? Karena tidak elok dengan adat ketimuran. Jika kita melupakan perjuangan Munir, bisa jadi mereka yang menyebut Pancasila sebagaiThogut sudah disemen dalam tong dan dilempar ke tengah laut. Di mana Munir? Jika masih ada, Dia pasti akan berada di sisi mereka yang ditindas negara.
Munir adalah lambang tentang kebenaran. Lambang seorang yang berani membongkar mitos. Mitos tentang negara yang tidak pernah salah dan tentara yang tidak pernah kalah. Munir berada di barisan depan, peretak tembok penghalang. Dia adalah wajah penegakan Hak Asasi Manusia. Negara boleh tidak menganggap kerja kerasnya, tapi jangan sampai generasi muda juga melakukan hal serupa. Anak muda hari ini punya satu tugas besar untuk menjelaskan kepada anak mereka dan anak-anak dari anak mereka bahwa ada seorang pejuang Hak Asasi Manusia yang harus dibunuh oleh negara. Di masa depan, para pewaris tongkat perjuangan harus diingatkan, bahwa mengambil nyawa rakyat untuk kekuasaan adalah sebuah tindakan pengecut yang tidak boleh dilakukan.
Anak muda jangan terhipnotis oleh sidang seorang biasa dengan sianida dan membawa jadi topik pembicaraan di keseharian. Seakan pembunuhan yang lebih menyesakkan dada yang tidak pernah ada di Indonesia. Munir yang telah berjuang tanpa akhir, jangan dianggap martir. Sehingga Para pelakunya bagai asap, bisa dilihat tapi tidak pernah bisa kita tangkap.
Kini giliran Kita, sebagai insan muda apakah kita akan duduk diam saja? Atau akan terus bergerak #MenolakLupa? Pemuda harus #MerawatIngatan bahwa ada seorang pejuang HAM yang belum diberikan tempat yang layak oleh negara. Negara yang kita cintai masih menyimpan dosa terhadap pejuang kemanusiaan.
#MunirAdadanBerlipatGanda
#MenolakLupa
#12TahunMunir
#MerawatIngatan
*Tukang Kopi Lampung asli dari Bogor di @ngopimovement
**Tulisan ini adalah publikasi ulang dari tulisan penulis di http://blog.turuntangan.org/menolak-lupa-perjuangan-munir-12tahunmunir/
*** Tulisan ini dipublikasi ulang untuk tujuan kampanye solidaritas pelanggaran HAM dan pendidikan