Kamu suka nonton acara debat di TV?

Jangan heran kalo debat tipi sering bikin emosi, acara debat tipi dirancang kontroversial biar dapet banyak penonton. Yah kayak debat kusir warung kopi lah. Nah sebelum ikut2an emosi, Nih kita kasi 4 kesalahan logika yang paling umum di acara debat tipi.

Acara debat di televisi memang dirancang untuk mengaduk emosi penonton dengan memancing benturan argumen yang biasanya sudah ada dikalangan masyarakat. Setiap isu dibahas tidak tuntas, sehingga menghasilkan rasa penasaran para penonton. Dampaknya sederhana, Opini terbentuk dari pertanyaan liar dan asumsi-asumsi yang hampir berkaitan namun jika ditelisik malah sumir atau biasa orang bilang sebagai cocoklogi.

Debat di tipi sangat menarik sekaligus menghibur, namun sayangnya kita bukan pelakunya, kita hanya menjadi penonton yang melihat secara pasif dan memaknai arbitrer (sukasuka). Seringkali kita terjebak dalam lingkaran setan komentar banal di media sosial, atau salah persepsi ketika ngobrol dengan orang yang lebih memahami konteks. Hasilnya, ya begitulah, kalau tidak mempermalukan diri sendiri kita mendapatkan teman sepaham yang logikanya sama-sama ngaco. Dampak utamanya adalah kita tidak mampu menguji mana argumen yang benar, setengah benar, atau sama sekali salah.

Pada infografis ini, saya akan membahas kesalahan logika (logical fallacy) yang sering ditemukan pada event debat di televisi ataupun debat sehari-hari.

  1. Ad Hominem
    Kesalahan logika ini adalah kesalahan yang paling sering ditemukan ketika pembicara memang tidak memiliki argumen objektif atau digunakan untuk melemahkan kredibilitas lawan melalui hal-hal pribadi. Misalnya, pembicara menyerang ciri fisik dan penampilan dari lawan bicara (Kurus, hitam, pendek, kucel dan lainnya) atau hubungan personal lawan bicara (Poligami, adat, orientasi seksual, sopan santun, dan lainnya) yang tidak berkaitan denga tema perdebatan.
  2. Argumentum ad Baculum
    Kesalahan logika ini biasanya muncul ketika lawan bicara sudah kehabisan kesabaran atau ingin memenangkan perdebatan dengan cepat. Argumen yang dikeluarkan oleh pembicara dalam kesalahan logika ini didasarkan pada ancaman dan rasa takut. Dominasi ancaman tersebut membuat argumentasi menjadi sumir.
  3. Non Sequitur
    Kesalahan logika ini biasanya diadopsi dalam tema-tema politik atau fenomena sosial dengan fenomena fisik atau material yang memancing kontroversi. Misalnya, Gempa terjadi karena seseorang dibunuh, Tsunami terjadi karena masyarakat kurang bersyukur, Got mampet karena konspirasi CIA dan lainnya. Beberapa susunan Non-Sequitur memang mudah dilacak, namun ada juga yang tidak mudah dilacak karena informasi memang terpotong sebagian. Misalnya, Politisi hanya melakukan pencitraan, argumen ini merujuk pada perilaku politisi yang gemar berfoto atau gemar mengumpulkan penghargaan. Padahal dalam konteks politik, pencitraan atau pembentukan citra merupakan bagian dari pembentukan opini, yang berarti keseluruhan aktivitas yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.
  4. Genetic Fallacy
    Kesalahan logika ini berakar pada keyakinan di masa feodal ketika status sosial, jabatan dan kesalahan diwariskan turun temurun. Pada pemikiran Genetic Fallacy, sseseorang dianggap benar ataupun salah karena faktor genetisnya tanpa perduli konteks lain yang memengaruhi perkembangan psikologis dan perilaku sosialnya. Misalnya, seorang anak Pahlawan pasti memiliki jiwa pahlawan seperti orang tuanya, seorang anak Pencuri pasti akan mencuri lagi seperti orang tuanya. Kesalahan logika ini juga berlaku dalam konteks pemikiran seperti warisan dosa, warisan ideologi dan warisan lainnya.

Keempat kesalahan logika ini baru sebagian dari sekian banyak kesalahan logika yang berlaku dalam sebuah acara debat, baik di televisi maupun dalam kenyataan sehari-hari. Nah supaya kita tidak gampang tersulut emosi, ada baiknya kita belajar logika dan memahami kesalahan logika. Share aja kalo berguna ya.

Rolip Saptamaji
2017