Pernah emosi karena baca berita online atau pesan berantai di chat group? atau takjub dan terharu membaca berita yang disebar di media sosial? jangan langsung terbawa emosi apalagi over-excited, siapa tau berita yang kalian baca itu hoax, alias berita bohong.

Era Informasi yang ditandai dengan mudahnya akses terhadap berbagai informasi bisa berdampak baik sekaligus buruk bagi kita. Jika kita mampu memilah, memilih dan menyaring informasi dengan baik, derasnya arus informasi dapat memberi manfaat yang besar bagi kita. Akan tetapi, jika kita tidak mampu memilah, memilih, apalagi menyaring informasi, mudah terpancing emosi, derasnya arus informasi akan menjadi masalah bagi kita.

Instagram_ROLIP567-04

Instagram_ROLIP567-13Instagram_ROLIP567-14Instagram_ROLIP567-11Instagram_ROLIP567-12

Pada mini infografis ini, saya dan tim poligrabs melakukan riset kecil untuk membantu kita memilah, memilih dan menyaring informasi dengan mengidentifikasi narasi. Kami mengumpulkan berbagi sampel hoax yang beredar di internet dan menganalisisnya menggunakan teori yang biasa digunakan dalam analisis wacana kritis untuk menemukan pola narasi yang sering digunakan oleh para penyebar hoax. Berdasarkan analisis ini, kami menemukan setidaknya terdapat 4 tipe narasi yang sering digunakan dalam berita hoax di internet dan media sosial. Keempat tipe narasi tersebut adalah:

Teori Konspirasi
Model narasi teori konspirasi adalah model yang paling umum digunakan dalam berita hoax, bahkan sejak lama digunakan untuk black propaganda baik sosial maupun politik. Pada model ini, diasumsikan bahwa pada setiap kejadian dan kejanggalan yang tidak mampu dijelaskan, terdapat sebuah kekuatan besar dan jahat yang mampu memanipulasi sebuah kejadian atau menjadi dalang sebuah peristiwa besar, namun asumsi ini biasanya tidak memiliki penjelasan yang sistematis dan bukti yang lengkap.
Teori konspirasi yang paling umum biasanya menyangkut ketakutan publik dan penggerusan nilai-nilai publik tertentu. Misalnya; konspirasi Zionis, Freemason, Illuminati, Komunis Internasional, dan lainnya. Narasi konspirasi memanfaatkan model logika tautologi atau menghubung-hubungkan satu penanda ke penanda lain tanpa memerhatikan korelasi antar kedua penanda. Selain itu, sebagaimana hoax lainnya, model konspirasi memanfaatkan model argumentasi logika argumentum ad baculum yang memanfaatkan ketakutan publik.

Mitos Urban

Pada model ini, berita atau konten yang ditampilkan biasanya serba hiperbolis dan memancing emosi (sedih, marah, bahagia, terharu). Informasi diramu sedemikian rupa, jika baik maka terlalu baik, jika buruk maka terlalu buruk, bahkan terlalu tragis atau terlalu menakjubkan untuk menjadi kenyataan. Informasi seperti ini biasanya memanfaatkan mitologi urban, religi ataupun tradisi yang seakan akan muncul secara nyata ditengah masyarakat. Misalnya, ditemukannya putri duyung, pemerkosa berantai kolor ijo yang takut bambu kuning, atau anak yang durhaka dan dikutuk menjadi ikan pari.

 

Kontroversi Berlebihan

Model kontroversi biasanya sering digunakan oleh media massa, terutama untuk menarik perhatian pemirsa. Informasi biasanya dipelesetkan atau dipotong sebagian dan mengajak pemirsa untuk mentautkan satu informasi dengan informasi lainnya meskipun belum tentu ada hubungannya. Beberapa informasi kontroversial di Indonesia jika ditelaah memiliki struktur yang sama dengan model kontroversi yaitu satu isu besar dikaitkan dengan berbagai isu kecil yang jika diperiksa ulang tidak berkaitan satu sama lain. Model ini biasanya diadopsi dalam kampanye politik untuk menjatuhkan lawan politik.

Sumber tidak jelas

Model ini biasanya muncul dengan pernyataan-pernyataan bias yang sulit dibedakan dengan fakta dengan mengadopsi berbagai sumber atau bahkan menggunakan foto untuk meyakinkan audience. Namun jika diperiksa sumber tersebut biasanya berasal dari lembaga atau situs yang juga tidak dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya berita mengenai penyerangan sebuah kota suci oleh sebuah negara adikuasa, lalu muncullah sebuah organisasi militan religius yang meminta bantuan audience dengan menyebarkan berita. Jika diperiksa, organisasi militan tersebut tidak berhubungan dengan otoritas di kota suci yang disebut akan diserang, selain itu, negara yang disebut akan menyerang pun tidak mendeklarasikan perang. Model ini memanfaatkan ketidaktahuan audience dan kemalasannya untuk melacak kebenaran berita.

Keempat model naratif diatas merupakan model yang paling umum yang muncul dalam narasi hoax. Pengetahuna kita mengenai model narasi inipun tidak akan begitu berguna tanpa kita praktekkan dalam keseharian.

Check, reCheck, Triple Check

Pastikan berita yang anda baca dapat divalidasi sebelum memberi komen, like, apalagi membagikannya kepada orang lain.

Rolip Saptamaji,